ISEKABAR.ID, Sangatta - Program pendidikan gratis yang telah berjalan lebih dari satu dekade di Kabupaten Kutai Timur (Kutim) rupanya belum sepenuhnya berdampak pada turunnya jumlah anak tidak sekolah. Temuan data Pusat Data dan Informasi Kemendagri (Pusdatin) justru menempatkan Kutim sebagai daerah dengan jumlah anak tidak bersekolah tertinggi di Kalimantan Timur, yakni 12.802 anak.
Rincian data tersebut mencatat 9.463 anak masuk kategori belum pernah bersekolah (BPB), 1.451 anak lulus namun tidak melanjutkan pendidikan (LTM), dan 1.888 anak yang putus sekolah (DO). Namun, Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman meragukan validitas laporan tersebut.
“Angka ini janggal. Kita sudah lama menjalankan pendidikan gratis, bahkan wajib belajar 12 tahun sudah diterapkan secara nasional. Ada juga persepsi bahwa anak yang tidak menempuh kuliah dicatat sebagai tidak sekolah,” ujarnya, Kamis (20/11/2025).
Menurutnya, data itu bisa menimbulkan kesan bahwa sektor pendidikan Kutim stagnan. Ia menyebut beberapa laporan ternyata tidak sesuai dengan kondisi di lapangan, seperti adanya anak yang terdata tidak sekolah padahal sedang kuliah di perguruan tinggi negeri.
“Ini bisa merusak citra daerah. Kesannya program yang sudah berjalan belasan tahun tidak ada hasilnya, padahal ada kesalahan pendataan,” tegasnya.
Untuk mengatasi perbedaan data, Ardiansyah menginstruksikan Dinas Pendidikan, Disdukcapil, Dinsos, DPPPA, hingga pemerintah desa dan RT untuk turun langsung melakukan verifikasi faktual.
Langkah awal verifikasi yang dilakukan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kutim menunjukkan angka berbeda, yakni sekitar 11.042 anak tidak sekolah. Sebanyak 7.320 anak tercatat sebagai BPB, 1.538 anak LTM, dan 2.184 anak DO.
Meski begitu, Ardiansyah menegaskan proses verifikasi seharusnya menjadi tugas dinas terkait. PKK disebut hanya membantu sementara karena belum mendapat dukungan anggaran untuk program tersebut.
“Kalau ada data masuk ke wilayah RT atau desa, segera cek. Jangan dibiarkan. Ini menyangkut masa depan generasi kita dan nama baik Kutim,” pungkasnya. (Adv/Kominfo/Kutim)